Dia yang selalu melihatku dari jauh, Dia yang selalu
melihatku dengan cara berbeda. Dia yang membuatku tak habis pikir dalam tiap
hariku. Cerita ini ku awali dari 3 tahun silam, dimana Aku masih duduk dibangku
SMA.
Bunyi bel tanda masuk kelas berbunyi, "ttteeee.....teeetttt..te.eeett"
bunyi bel. Aku yang saat itu masih duduk dibangku kelas 3 SMA masuk kelas
setelah dari musholah dengan teman-temanku. "Ayo saatnya kita menunaikan
tugas sebagai pelajar awan" tersentak suaraku mngajak teman-temanku. Kami
satu kelas mengikuti pelajaran jam pertama dengan hikmat dan serius. Karena
untuk persiapan Ujian Nasional, maka kami harus giat belajar dan serius, agar
waktu UN berlangsung Kami bisa sukses dan berhasil. Tak sengaja percecokan antara Aku dan Dia di
mulai. Aku yang tidak terima karena Dia duduk selalu didepan, Aku ingin waktu
itu kita gantian karena selama kelas 2 dia selalu duduk didepan dan Aku duduk
dibelakang. "eh, gantian donk. masak Kamu tok. Aku bolehkan duduk depan??!!"
tanyaku dengan suara yang rendah dan meminta. "Gak, gak mau, cari bangku
lain aja, udah tak boking ini" Jawabnya dengan sinis. Kemudian Aku yang
tidak terima, kembali memohon kepadanya "Ayolah, gantian. Aku gak
kelihatan kalau duduk dibelakang" Aku kembali meminta lagi. Dan untuk yang
kedua kalinya Dia menjawab dengan nada yang sinis dan marah "Lho, Aku yang
duluan, ya Aku donk berarti yang dapat" Jawab Dia lagi. Akhirnya Aku pun
mengalah walau dengan berat hati. Tapi saat itu dendam kesumat dalam diriku
mulai bergejolak. Percecokan tak terhindarkan lagi. Saling ejek, saling
ngotot-ngototan setiap hari dan setiap jam pelajaran. "Eh, kepalamu agak
sanaan donk, gak kelihatan nich Aku. Kepala kayak angkutan, mondar mandir"
Aku berkata dengan suara yang sedikit nyaring. Kembali Aku mengejek Dia
"Waduh, ntar kepalanya Aku sekrop lho ya" sahut Aku lagi. Dia pun
mulai garang dan merespon perkataanku "Heeeeiikkkhh, bisa gk situ diam,
biasa kale" responnya dengan sedikit marah. Kejadian itu pun terus berulang
setiap hari.
Tapi keanehan mulai terasa, Aku yang waktu itu masih
berstatus berpacaran mulai merasakan ada keanehan dengan Dia. Dia selalu
menggodaku, Dia selalu melirik dan memandangku dengan tatapan yang berbeda. Tak
disangka pacarku waktu itu merasakannya, pacarku mengatakan padaku bahwa
tatapan matanya adalah pertanda Dia suka ke Aku, Aku kaget dan Aku tercengang.
"syang dengerin, Dia itu suka Kamu yo, cara ngliatin Kamu beda banget sama
cewek lain" Pacarku berkata dengan nada cemburu. Aku pun menjawab
"gak, itu cuma perasaan Kamu syank". Pacarku kembali menyangkal
"Kamu ini gak dan gak bisa bedain mana cewek yang suka Kamu mana yang gak,
Aku bisa ngersain Kalau Dia itu suka Kamu, Kamu ngerti gak syang". Aku pun
terdiam, lalu menjawab "iya syank Aku ngerti kok, iya Aku gak akan
macam-macam" jawabku dengan nada pelan. "Awas kalau Kamu deket2 dan
meduliin Dia" tambah pacarku menjawab. "iya syank, Aku janji"
jawabku lagi. Aku hanya berpikir itu hanyalah firasat yang salah dari pacaraku
dan tidak masuk akal.
Hari demi hari Kami lewati, keanehan mulai terasakan lagi
saat Dia menatapku. "Kenapa tatapan matanya berbeda ke arahku, apa
jangan-jangan Dia benar-benar suka Aku" Aku bertanya dalam hati. Aku tidak
tahu kenapa dan apa dengan tatapan itu, sungguh egois jika waktu itu Aku
meanggapi kata-kata dari pacarku yang katanya Dia suka Aku. Aku sudah punya
pacar dan Aku tidak mungkin berpaling kepada yang lain. "mungkin itu hanya
firasatku, gak mungkinlah Dia suka Aku. Aku kan bukan tipe cewek kayak
gitu" sahutku dalam hati kecilku. Hari pn barganti, tibalah saatnya
praktikum, "Wahh, praktikum ya..asyikk" Kataku dengan penuh
keceriaan. "Ah, praktikum lagi, kelompokkan sama siapa nanti kita
bro" sahut teman sebangkuku. "Yang jelas jangan sama yang depan kita bro,
pasti dapat muka sinis lagi kita bro" jawabku dengan tanggas. Tibalah
waktu praktikum di Lab. Biologi. Kami satu kelas melaukan percobaan mebedah
bawang merah, saat itulah kembali masalah dimulai. Aku menghampiri kelompoknya
Dia dan berkata "Wah, kalian belum selsai ya, cepetan ". Lalu Dia
hanya diam saja. Kemudian ketua kelompokku menyuruh untuk membantu mereka, ya
sudah Aku bantu waktu itu. "Sini-sini, Aku bantu ya" Aku berkata
dengan nada pelan dan niat untuk membantu. Aku membantu mereka dengan giat. Tapi aku tak merasakan,
dari kejauhan sang pacarku melihatku dengan Dia begitu dekat, api cemburu pun
seakan bergejolak dan memanas. Aku tak menyadarinya dan Aku biasa-biasa saja
waktu itu. Kemudian bel lonceng tanda pulang sekolah berbunyi, Kami merapikan
semua alat-alat praktikum dan mengembalikannya ke tempatnya. Setelah selesai
praktikum, Dia menghampiri "yang sering-sering aja ya bantuin
kita..hahahha" sahut Dia dengan tertawa saat menyalipku di pintu keluar
lab. Aku pun menjawab "enak aja, mau loh". Aku pun menghampiri
pacarku untuk mangajaknya pulang bareng, tpai sepertinya ada yang aneh dengan
pacarku. Pacarku marah karena waktu praktikum Komputer di Lab, Aku membantu
Dia, pacarku merasakannya kalau Dia benar-benar suka terhadapku. Pertengakaran
Kami berdua pun tak terhindarkan, Kami bertengkar dengan saling tukar pendapat
bahwa yang pacaraku rasakan adalah hal yang salah, tapi pacarku menanggapi itu
dengan hal yang serius. "Kamu itu ya, masih aja gak ngerti-ngerti
juga" pacarku berkata dengan keras. Aku pun menjawab dengan santai "kan
cuma membantu syank, masak gak boleh ", Lalu Dia kembali menjawab lagi
"bantu sich bantu, tapi apa ya kayak gitu. Pandangannya ke Kamu itu lho
syang, beda yo", lalu Aku dengan tegas menanggapi perkataanya "syank,
Dia kan teman kita dan Dia lagi butuh bantuan, apakah salah jika kita membantu
teman kita", "Aku gak suka cara Kamu seperti itu, Aku marah ke
Kamu" imbuhnya dengan kesal. Setelah berdebat terus, Aku akhirnya sadar
dan tahu diri. "Oke kalau gitu, Aku harap Kamu mengerti syank". Aku pun
berjanji tidak akan menggubris Dia lagi. Akhirnya beberapa jam kemudian,
marahnya pun redam dan Kami kembali baikan lagi.
Hari demi hari kembali ku lalui, Dia lagi-lagi mencoba
mengajakku untuk kedalam dunianya, Dia minta tolong ke diriku, tetapi Aku tak
menggubrisnya dan membiarkan saja. "Aku boleh minta tolong gak, benerin
tugas TIK Aku ya. Aku gak bisa" minta Dia dengan nada memohon. Karena
sebelum ujian praktek TIK, sekolah Kami selalu banyak tugas ini dan itu. Aku
pun langsung menjawab dengan nada pelan dan santun "maaf ya, Aku juga
masih belajar, nanti kalau ada waktu Aku pasti benerin tugas Kamu" jawab
Aku. Dia kelihatan kesal dan marah. Aku tak menghiraukannya karena Dia bukan
siapa-siapa Aku. Tapi sepertinya didalam hatinya Dia benar-benar marah dan kesal
mendengar jawabanku speerti itu. Lalu saat itu dimulailah saling ejek mengejek
antara Aku dan Dia, Dia Aku panggil "Si Alis Tebal ". "Haaiiii
alis tebal" Aku mengejek dengan nada santai. Hari demi hari, jam demi jam Kami lalui
bersama dengan saling mengejek satu sama lain.
Sampai akhirnya tak terasa ujian praktek 2010 pun tiba.
Aku yang sejak dulu tak lagi memperhatikannya kembali memperhatikan Dia lagi.
Dia memintaku untuk membantunya menyelesaikan tugas TIK ujian praktek, Aku
membantunya karena tidak ada lagi yang mau membantunya. Aku perlahan
menghampirinya, "udah selesai??" tanya Aku dengan pelan. "Belum,
Aku gak" jawab Dia dengan bingung. "mana-mana Aku bantu, Aku udah
selesai sama tugasku"sahut Aku dengan nada pelan lagi. Lalu ku ambil alih
komputernya dan Aku kerjakantugas TIKnya. Tapi sebelumnya, Aku meminta ijin
kepada pacarku agar boleh membantunya, walaupun Aku tahu sebenarnya pacarku
marah dan sebel sekali ke Aku. "Syank Aku boleh ya bantu Dia" Aku
meminta izin kepada pacarku. "iya boleh..!!" Jawab pacarku. Walaupun
Aku yakin Dia marah, tapi itu adalah tugasku dan keahlianku, Aku sudah
sewajarnya membantu teman-temanku yang tidak bisa dan perlu bantuanku. Akhirnya
Aku bantu Dia. Setelah Aku bantu, Dia terlihat senang dan ceria kembali. "Terima kasih ya Kamu
udah bantuin Kau, makkkasiiih banyak" Dia berkata sangat senang. "iya
sama2, santai aja lagi" Jawabku dengan anda santai. Aku tak tahu apakah
senang dan cerianya itu karena Aku bantu atau karena Aku kembali
memperhatikannya. Tatapan matanya sungguh berbeda melihatku. Selesai Aku
membantunya masalah kembali terjadi, pacarku kembali marah kepadaku, Dia tak
mau pulang bersamaku. "Syang Kamu benar-benar buat Aku kecewa, Aku gak mau
pulang bareng Kamu. Mendingan Aku jalan daripada bareng cowok gak pengertian
kayak Kamu" Dia berkata dengan nada kasar didepanku. Lalu, Aku meminta
maaf "maaf syang, maaf..Aku cuma membantu gak lebih dan gak ada niatan
apapun" aku mencoba membenarkan perkataanku. Sampai Aku membujuknya dan merayunya tetapi
pacarku tetap tidak mau dibonceng olehku. Akhirnya Aku minta maaf lagi dan
pacarku kembali tak mau memaafkan Aku. "Aku kecewa sama Kamu" Dia
kembali mengatakan itu didepanku dengan nada penuh kecewa. Aku pun pulang
sendirian, sambil mengendarai motor bututku. "Salahkah Aku menolong
temanku sendiri" Aku berkata dalam hati kecilku sambil mengendarai motor.
Tak terasa ujian praktek terakhir pun tiba, yaitu ujian
praktek seni rupa. Aku yang pandai dan mahir dalam karya seni rupa sangat
disegani dikelas. Tugas dan jam pengerjaan pun telah diberikan oleh guru Kami,
bapak tarmuji. Aku dan teman-teman satu kelas bekerja keras untuk menghasilkan
hasil yang seni rupa yang paling baik dan paling bagus. Kami satu kelas mencoba
untuk mendapatkan nilai ujian praktek yang bagus untuk menunjang kelulusan
Kami. Setelah 4 jam berlalu, akhirnya Aku berhasil menyelesaikan hasil karyaku,
"yaapp..Akhirnya selesai juga" Aku berbicara dalam hati. Aku yakin
akan mendapatkan nilai yang maksimal dengan hasil karyaku ini. Aku mencoba melihat-lihat
teman-teman yang lain, sampai dimanakan pekerjaan mereka. "Sampai mana
kerjaan kalian guys" tanyaku kepada salah seorang temanku. "Masih
sampai sini aja, bingung mau ditambahin apa" jawab temanku dengan nada bingung. "Kamu
tambahin aja, yang simpel dan gampang aja dibagian ini dan ini" Aku
mengarahkan dan memberitahu temanku. "Oke..ciippp dech" jawab Dia
dengan senang hati. Semuanya Aku lihat, Kau hampiri tiap bangku demi bangku,
tak heran setiap Aku melihat tiap-tiap anak, mereka selalu meminta bantuanku
untuk merapikan pekerjaan mereka atau membetulkan gambaran yang salah atau kurang.
"oooeee..ooee..bantuin ini donk, Kamu kan pinter" salah seorang
temanku lagi meminta bantuanku. "Aku juga, emang Kamu tok aja yang gak
bisa, Aku ya gak bisa tau" sahut teman disebelahnya meminta bantuanku.
"Iya..iya..santai aja" Aku menjawab dan mulai membantu mereka. Tak
lama kemudian, pacarku memanggilku, "Syang sini..sini, Aku minta bantuan
Kamu syang" Dia memanggilku. "bentar..bentar syank, Aku selesaikan
ini baru ke Kamu" Aku menjawab dengan nada rendah dan santai. Lalu,
setelah selesai membantu teman-temanku, Aku langsung menghampiri pacarku.
"Apa yang bisa Aku bantu syank??" Aku bertanya pada pacarku.
"Ini syang, Aku gak bisa ini, dan Aku gak tau mau dikasih apa syang"
pacarku berkata sambil menunjukkan bagian-bagian yang hendak ku betulkan. Dia
memintaku untuk menyelesaikan dan menambahi gambaran yang dirasa kurang dan
belum benar, sebagai seorang pacar, maka Aku langsung membantunya. "Oke
syank, serahkan padaku" sahutku dan Aku langsung bergegas mengerjakannya. Selang
1 jam, akhirnya karya seni rupa pacarku berhasil Aku selesaikan. "Akhirnya
selesai juga syank" Aku berkata dengan nada lega. Karena pekerjaan dan
tugas Kami selesai, Kami pun memutuskan untuk ngobrol-ngobrol berdua. Tapi disaat
Aku sedang berduaan dengan pacarku datang sahabatku yang meminta bantuanku dan
kembali si Dia juga meminta bantuanku secara bersamaan. "ayo rek, tolongin
Aku donk, butuh Kamu banget nich" minta sahabatku. "iya..iya..santai
bro" jawabku dengan santai. "Ayo cepetan, keburu habis waktunya nanti
bro.."sahut sahabtku lagi. "iya..iya..ampun, sabar bro" Aku
kembali menjawab. "haiiii, Aku boleh minta bantuan Kamu gak, ini Aku bnugn
buat yang bagian ini" minta Dia dengan nada memohon. "Oke..oke, itu
gampang, tapi gantian ya" jawab Aku. "jangan lupa dibenerin"
sahut Dia lagi dengan menatapku dengan tatapan khas ke arahku. "iya..iya
alis.."Aku menjawab dengan anda gurau. "iikkkhhh,,,..awas kau"
Dia merespon perkataanku. Aku harus mendahulukan yang mana diantara keduanya,
sahabat atau teman yang suka Aku. Aku bingung dan Aku mencoba untuk berpikir
beberapa detik. Akhirnya Aku berinisiatif, Aku membantu sahabatku dulu, setelah
selesai Aku membantu Dia. Aku mulai mengerjakan punya sahabatku, dan beberapa
menit kemudian selesai "bro, udah selesai nich" Aku berkata dan
memanggil sahabatku."Lho, udah selesai bro, hebat Kamu bro..makasiih
bro" jawab sahabatku dengan senangnya. Setelah itu Aku mulai membnatu Dia.
Saat akan membantu Dia, pacarku menahanku, Aku tak diperbolehkan membantu Dia.
"Kamu bantu Dia, Aku marah. Dia itu syka Kamu syang" kata pacarku
dengan nada emosional. Sungguh hatiku tak enak dengan Dia, Dia seperti bingung
dan tak tahu harus bagaimana dengan pekerjaannya. Lalu, Aku mengambil
inisitatif "syank, dengerin Aku. ini adalah saat-saat menentukan. Jika Aku
gak bantuin Dia, terus mau siapa lagi. Udah hilangin ego dan perasaan anehmu
itu...Oke" kataku dengan nada untuk mencoba menegaskan. Untungnya pacarku
kemudian memperbolehkanku membantu Dia "Oke, silahkan. Tapi jangan
macem-macem" jawabnya lagi dengan nada mengancam. Lalu, Aku dekati Dia, dan ku bantu Dia untuk
menyelesaikan ujian seni rupa "Hei..alis..sini-sini Aku bantu sini"
kataku dengan sedikit menggoda Dia. "iiikkkkhh..mesti gitu" jawabnya
dengan nada sebel. "Ayo..ayo..kita mulai" kataku dengan penuh
semangat. Tak diherankan lagi kalau pacarku benar tentang anak ini kalau suka
Aku, saat Aku berkonsentrasi tinggi dalam menyelesikan tugas menggambarnya, Dia
melihatku dengan tatapan yang berbeda, Dia seakan senang sekali Aku membantu. "nich
anak kok aneh banget natapin Aku ya, Apa ada yang salah sama wajahku"
kataku dalam hati. Aku yang meraskan hal itu, mencoba melihat Dia, tatapan Dia
ke arahku sungguh berbeda. KemudianAku membalasnya dengan tatapan dan sedikit
berkata "mbak alis, ini udah kayak gini apa masih kurang??" Aku
bertanya padanya. "ooohhh iya, gitu aja, gak apa-apa kok"jawabnya
dnegan gugup karena Aku membalas menatapnya. Aku tak mngerti kenapa Dia
mentapku seperti itu, tatapan apakah sebenarnya itu.
Setelah ujian praktek seni rupa, Kami pun pulang. Dan
lagi-lagi Aku dan pacarku kembali bertengkar, kali ini adalah kemarahan
terbesarnya. Dan Aku tak habis pikir dengannya. Aku biarkan saja Dia, karena
mungkin Aku dan Dia masih labil waktu itu, dan juga sifatku yang kalau marah
selalu bersikap diam. Aku berbicara pada pacarku "kalau marah, silahkan.
Aku hanya ingin membantu dan niat membantu, Aku gak ada maksud lain".
Pacarku hanya diam saja. Setibanya di rumah, Aku kembali berpikir sebenarnya Dia
itu benar-benar suka Aku atau hanya firasat Aku saja. Aku tak habis pikir
dengan sikap Dia, kalau Dia suka Aku buat apa dan apa Dia taidak kalau Aku
sudah punya pacar. Tapi ya sudahlah, mungkin itu ahnya firasatku saja dan AKu
terlalu melebih-lebihkannya.
Waktu berlalu, Ujian Nasional pun tiba. Hari-hari yang
mencekam dan nyawa kita di pertaruhkan disana pun tiba.Kami satu sekolah dengan
sigap dan gagah berani berjuang untuk mengerjakan semua soal UN, Kami berjuang
samapi titik darah penghabisan. 5 hari berlalu, hari ujian nasional pun
akhirnya selesai dan Kami pun lega. Tetapi jangan anggap semuanya berlalu
karena pengumuman kelulusan masih jauh dan itu jauh mencekam dan bisa mencekik
daripada saat ujian nasional.
Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu, pengumuman
Ujian Nasional pun tiba. Kami semua satu sekolah LULUS 100% dan berhasil
mendapatkan nilai yang baik. Aku, pacarku, sahabatku dan Dia sangat senang dan
bahagia sekali. Akhirnya semua yang Kita lakukan dan Kita kerjakan tak terbuang
percuma. Wisuda sudah di depan mata. Tapi Aku adalah orang yang tidak bisa
merasakan wisuda sewaktu duduk di bangku SMA, karena waktu itu Aku harus
mendaftar ke Akademi Kepolisian Taruna. Aku tidak bisa melewatkan rasanya di
wisuda dan tidak bisa ikut wisuda. Aku tak sempat melihat Dia lagi , Aku tak
bisa lagi melihat orang yang suka Aku. Aku tak bisa lagi melihat teman-temanku
memakai baju toga, Aku tak bisa mencium tangan guru-guru yang selama ini
berjasa untuk membimbing Aku, Aku tidak bisa meluapkan kegembiraan bersama
sahabat-sahabatku. Aku sangat sedih waktu itu. Tapi tak apa-apa, ini semua demi
masa depanku. Akhirnya Kami pun lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan Kami
semua saling mengejar cita-cita Kami, yang satu berbeda dengan yang lain,
berbeda-beda cita-citanya dan impiannya. Ada yang kerja, ada yang kuliah dan
ada pula yang masuk akademi.
Sebagian dari Kami masuk ke perguruan tinggi dan menjadi anak
kuliahan. Putih abu-abu yang dulu berubah menjadi anak kuliahan yang bebas
memakai baju apapun. 1 tahun berlalu, Aku
tak melihatnya lagi, Aku tak mendengar kabarnya lagi, AKu pun tak punya nomer
Dia dan teman satu kelas SMA, hanya status-status di facebook saja yang dapat
Aku lihat dari sebagian teman-teman SMA dan facebook si Dia. Aku beranggapan,
mungkin ini sudah suratan dari Tuhan. Tak ada kabar dari semua teman-teman satu
kelas, mungkin mereka sudah melupakan teman-temannya yang dulu bersamanya dan
ego terhadap teman yang ada sekarang di dunia kuliah dan dunia kerjanya.
Tapi takdir berkata lain, Kami lebih tepatnya Aku dan Dia
kembali bertemu saat perjalanan pulang. Dia tak sengaja menaiki bus yang Aku
tumpangi. Aku begitu senang saat itu, karena Aku bisa bertemu dengan orang yang
suka dengan Aku. Aku bercanda dan bercerita dengan Dia saat perjalanan pulang
didalam naik bus kota. Kami berdua senang dan berbagai pengalaman. Aku begitu
kaget saat Dia bilang Dia masuk ke Akademi Keperawatan (AKPER), anak yang dulu
tingkahnya minta ampun dan tingkah selengekan, bisa masuk ke AKPER. Aku heran
dalam hati dan hanya tersenyum. Lalu, Aku pun turun duluan dan berpisah dengan
Dia. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi suatu hari nanti.
Memang Tuhan begitu baik, tak disangak-sangka, pucuk
dicinta ulam pun tiba, peribahasa itu yang dapat menggambarkan suasana waktu
itu, waktu itu adalah hari raya lebaran. Dia ke rumahku bersama sahabat
terbaikku, entah ada apa atau ada angin apa yang membawanya ke rumah. Aku
begitu heran dan gerogi saat ada cewek masuk rumahku, karena belum ada cewek
yang ke rumah. Lalu, Aku keluar ke ruang
tamu dan saling salam-salaman dan mempersilahkan mereka duduk, cerita pun
kembali terukir dan diputar lagi. Aku, Dia dan sahabatku bercerita banyak
tentang hal yang ada di dunia perkuliahan. Aku tak menyangka bisa mendapati hal
seperti ini. Setelah mengobrol hampir 2 jam, Kami berinisiatif untuk
silaturahmi ke rumah teman-teman yang lain.
Kami pun bergegas untuk pergi. Setelah 1 sampai 2 rumah
selesai dikunjungi, tiba-tiba sesuatu terjadi dan ini bukan mimpi. Dia yang
sebelumnya dibonceng sahabatku, meminta untuk pindah boncengan karena sahabatku
harus membonceng temannya. Akhirnya, terpaksa Aku yang kena. Aku tak sanggup
kalau sampai pacarku tahu Aku sedang membonceng Dia, apa jadinya Aku nanti. Ku
bonceng Dia dan menuju ke rumah ke-3 dan ke-4. Lalu, sahabatku meminta untuk ke
rumah pacarku, katanya untuk silahturahmi. Dalam hati kecilku, ini bisa
menambah masalah. Akhirnya Aku turutin permintaan sahabatku karena ini mumpung
lagi lebaran. Setelah Kami sampai dirumahnya, suasananya biasa-biasa saja. Aku
dan pacarku terlihat santai dan adem ayem, padahal sejatinya Kami baru balikan,
karena baru putus 1 bulan kemarin. Setelah ngobrol-ngobrol 30 menit, Kami
memutuskan untuk pulang, saat pulang itulah maslah kembali terjadi. Pacarku
melihat Aku membonceng Dia. Kemarahan tak bisa terhindarkan lagi dari pacarku,
tapi Dia mencoba untuk menutupinya kemarahannya dengan senyuman. Aku pun izin
ke pacarku untuk membonceng Dia, Dia hanya menganggukkan kepala. Kami pun
melanjutkan perjalanan silahturahmi ke rumah-rumah teman yang lainnya lagi.
Akhirnya sampailah dipenghujung perjalanan, siang pun
tiba dan saatnya jam makan siang. Lapar dan haus menghampiri Kami. Aku pun
berinisiatif untuk membelikan merika bakso dan minum. Kami pun menuju warung
bakso andalan khas kota Kami, Bakso Pak Eko. Setelah memesan bakso dan minum,
Kami semua duduk. Dan anehnya Aku ditinggal duduk sendirian berudan dengan Dia.
Aku pun tak punya perasaan apapun ke Dia. Kami berdua kemudian menyantap bakso
itu, setelah selesai Aku yang kebiasaannya selalu selesai makan memakai tissue,
mencari tissue. Aku tak menemukan tissue di kotak tissue warung bakso ini, tapi
semua terasa berbeda. Dia menyodorkam Aku sebuah tissue, dan tanpa basa-basi
Aku mengambil tissue itu. Dalam hatiku, perhatian sekali anak ini, tata
bahasanya juga telah berbeda dengan yang dulu Aku kenal. Mungkin karena Dia
telah masuk ke Akademi Keperawatan makanya bisa seperti ini. Aku yang terbuai
karena perhatiannya sedikit ada rasa aneh dalam diriku, mungkin karena pacarku
tak pernah seperhatian ini terhadapku. Kami pun telah selesai menghabiskan
makanan Kami. Dan Kami pun pulang.
Saat perjalanan pulang, Dia tak mau lagi di bonceng
denganku. Aku tak tahu kenapa, mungkin karena rumah kita gak satu arah dan Dia
memilih untuk bonceng yang rumahnya satu arah. Dia kembali dibonceng dengan
sahabatku. Saat itulah hari-hariku dengan Dia benar-benar berpisah. Aku tak
akan melihatnya lagi untuk waktu yang lama. Aku berterima kasih sama Tuhan
karena telah mempertemukan Aku dengan wanita yang perhatian denganku dan suka
kepadaku. Tatapannya hari ini adalah semangat hidupku dan semngat untuk meraih
cita-cita yang Aku impikan. Aku janji dengan diriku sendiri saat Dia bertemu
Aku lagi, Aku akan berubah lebih baik dan Aku akan memberikan hal yang tidak
dapat Dia lupakan dalam hidupnya. Aku janji, Aku akan lebih baik di esok hari
dan akan berkembang lagi dan lagi menjadi orang yang hebat dan kuat. Dia yang
selalu menatapku, suatu hari Aku akan menemukan arti dari tatapan mata itu. Aku
janji.
By Luluk Khoirotul Munjida
Akper Pemkot Pasuruan 2010
URL : http://little-luluk.blogspot.com/2013/05/mata-itu-pertanda-firasat.html